BADEAN, Radar Jember – Ratusan warga dari lima desa di Kecamatan Panti dan Bangsalsari kompak membangun jembatan darurat di atas aliran Sungai Badean, kemarin. Ada dua jembatan yang dibangun. Pertama, jembatan yang selesai panjangnya 35 meter dan lebar 1,5 meter. Sedangkan jembatan kedua yang masih dibangun sepanjang 30 meter dengan lebar 1,3 meter. Pembuatan jembatan itu dilakukan warga karena jembatan utama akan dibongkar dan dibangun lagi.
Sehari sebelumnya, Senin (8/7), sempat terjadi penolakan oleh warga ketika ada alat berat yang memulai pembongkaran jembatan utama. Hal itu karena akses warga akan putus dan tidak bisa melakukan aktivitas.
Diketahui, jembatan utama memang sudah tak layak dan harus dibangun lagi. Di lokasi, rekanan sudah membuat jembatan darurat dari kayu dan bambu. Namun, hanya diperuntukkan pejalan kaki dan pekerja proyek. Sementara, warga dari lima desa itu juga butuh jembatan untuk akses kendaraan seperti sepeda motor.
Di sisi lain, warga juga harus tetap bekerja, membawa hasil panen ke pasar, dan para orang tua ada yang harus mengantar anaknya sekolah. Seperti warga Bangsalsari yang bersekolah ke wilayah Panti. Sebaliknya, banyak warga Panti yang beraktivitas degan melewati wilayah Bangsalsari. Semua itu butuh jembatan.
Fauzi, koordinator pembuatan jembatan darurat, mengatakan, jembatan utama itu memang sudah tidak layak dan perlu perbaikan. “Tentunya sebelum dilakukan perbaikan dan pembangunan harus ada solusi. Yakni harus ada jembatan daruratnya. Dua jembatan yang kami bangun ini murni swadaya warga dari lima desa dan dari pihak rekanan,” ucapnya bersama Heri, warga setempat.
Menurutnya, jembatan darurat sangat dibutuhkan, sehingga harus dibangun dan berdiri terlebih dahulu. “Ketika jembatan darurat ini selesai, maka jembatan utama bisa dibongkar. Kalau masih belum selesai, jangan dibongkar,” ulasnya.
Jembatan darurat itu dibutuhkan oleh warga yang bekerja, anak-anak yang sekolah, baik di wilayah Panti maupun Desa Badean, Kecamatan Bangsalsari. Di dua kecamatan itu ada juga lembaga negeri seperti SDN Badean 01 dan SDN Banjarsari 04. Demikian juga warga dari Badean, Bangsalsari, ada yang bersekolah ke Panti, seperti ke SMPN 1 dan SMPN 2 Panti. “Selain itu, warga yang hendak membawa hasil panennya ke pasar,” kata Fauzi.
Warga desa yang biasa melintas di jembatan itu adalah warga Desa Badean, Banjarsari, dan Tugusari, Kecamatan Bangsalsari. Selain itu, warga yang dari Desa Pakis, Desa Kemuningsari Lor, Desa Glagahwero, dan Desa Panti yang hendak ke Pasar Badean lewat jembatan darurat. “Saya bersama Mas Heri dan warga Desa Badean dan warga di beberapa desa ini berinisiatif untuk membuat jembatan darurat ini. Ternyata warga sangat kompak dan datang saat diminta untuk kerja bakti,” jelasnya.
Pembangunan jembatan baru itu diharapkan memperlancar perekonomian warga dari dua kecamatan tersebut. “Jembatan sengaja dibangun dua, karena kalau hanya dibuat satu akan terjadi antrean. Sehingga harus dibangun dua jembatan. Nantinya satu arah. Kalau hanya dibangun satu jembatan, akan saling menyerobot dan terjadi antrean,” tuturnya.
Satu jembatan awalnya dibangun pihak proyek. Tetapi, hanya untuk pejalan kaki dan pekerja proyek. “Karena yang banyak itu pengendara sepeda motor, maka diganti yang lebih kuat dengan menggunakan penyangga bambu dan alas dari bambu,” jelasnya.
Holili, warga Desa Banjarsari, mengaku berterima kasih jembatan utama itu diperbaiki. Dia bersama warga lainnya kompak ketika ada perintah untuk kerja bakti membuat jembatan alternatif. “Warga Bangsalsari, terutama yang mau ke Panti, lewatnya di jembatan Pasar Badean. Sehingga warga kompak untuk datang karena memang sama-sama membutuhkan,” katanya.
Pantauan Jawa Pos radar Jember, selain melibatkan ratusan warga dari lima desa, juga ada alat berat dari pihak proyek. Ketika membuat bronjong dari bambu untuk fondasi jembatan juga dilibatkan. (jum/c2/nur)