radar jember – Nama “Pandhalungan” di Kabupaten Jember memiliki makna yang kompleks dan erat kaitannya dengan percampuran dua budaya dominan, yaitu budaya Jawa dan budaya Madura.
Nama “Pandhalungan” berasal dari istilah Jawa “dhalung” yang berarti periuk besar dari logam, menggambarkan Kabupaten Jember sebagai kawasan besar yang menampung berbagai kelompok etnis dan melahirkan budaya baru.
Kabupaten Jember memiliki komposisi penduduk yang seimbang antara migran Jawa dan migran Madura, yang membuat masyarakatnya menjadi pemakai dwibahasa, yakni bahasa Jawa dan Madura.
Kebudayaan Pandhalungan adalah hasil percampuran ini, menciptakan sebuah budaya unik yang mencerminkan harmonisasi antara kedua budaya tersebut.
Kesenian Pandhalungan mencakup berbagai bentuk seni seperti musik patrol, lengger, can macanan kadduk, singo ulung, kentrung, janger, dan jaran kencak.
Seni-seni ini memiliki nuansa agraris dan religius yang erat kaitannya dengan aspek keamanan dan kesejahteraan hidup petani.
Masyarakat Pandhalungan dianggap sebagai masyarakat hibrida karena memiliki budaya baru yang berasal dari percampuran dua budaya dominan.
Mereka dikenal tidak suka berbasa-basi dan sering menggunakan kata-kata kasar untuk mengutarakan emosi atau memberi selamat.
Sikap sosial mereka berpedoman pada nilai-nilai dari kedua budaya Jawa dan Madura.
Kawasan kebudayaan Pandhalungan meliputi beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Timur, termasuk Jember, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, dan Lumajang.
Masyarakat Pandhalungan merupakan bagian dari masyarakat tapal kuda, yang memiliki karakteristik tertentu dan telah lama menjadi kantong pendukung Islam kultural dan kaum abangan.
Nama “Pandhalungan” di Jember, dengan demikian, merefleksikan proses percampuran budaya yang telah terjadi dan membentuk identitas khusus bagi masyarakat di wilayah tersebut.
Elemen kesenian yang khas dalam budaya Pandhalungan di Kabupaten Jember termasuk musik patrol yang menggunakan alat musik. Musik ini memiliki karakteristik nada yang unik dan makna filosofis yang kaya.
Tarian Can Macanan Kadduk adalah salah satu keunikan budaya Pandhalungan, yang menampilkan gerakan yang menggambarkan kehidupan sehari-hari, cerita rakyat, dan ritual religius.
Kesenian lain seperti lengger, singo ulung, kentrung, janger, dan jaran kencak juga berhubungan dengan aspek keamanan dan kesejahteraan hidup petani.
Kesenian Pandhalungan adalah hasil perpaduan budaya Jawa dan Madura yang menciptakan bentuk-bentuk kesenian unik yang berbeda dari kedua budaya asalnya.
Musik Jawa dikenal dengan kekayaan harmoni dan penggunaan alat musik tradisional seperti gamelan dan rebab, sementara musik Madura lebih dominan dengan alat musik seperti suling dan gendang.
Lagu dan tarian Jawa sering menggambarkan kehidupan sehari-hari, cerita rakyat, dan ritual religius, sedangkan lagu dan tarian Madura lebih berfokus pada kehidupan sehari-hari dan upacara adat.
Masyarakat Jawa dikenal dengan kesopanan dan kehalusan bahasa, menggunakan bahasa Jawa yang halus dan teratur, sedangkan masyarakat Madura dikenal dengan kekasaran bahasa dan sikap yang terbuka.
Bahasa Jawa memiliki struktur yang lebih formal dan makna yang dalam, sementara bahasa Madura lebih kasar dan terbuka.
Perbedaan ini menunjukkan bahwa kesenian Pandhalungan adalah hasil perpaduan budaya Jawa dan Madura yang menciptakan bentuk-bentuk kesenian unik dan berbeda dari kedua budaya asalnya.